4 Baju Adat NTT Wanita yang Dibedakan Berdasarkan Sukunya

4 Baju Adat NTT Wanita yang Dibedakan Berdasarkan Sukunya

Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu daerah yang dikenal luas dengan hamparan padang savana, serta pulau yang berpotensi dikembangkan di bidang pariwisata. Selain itu, provinsi ini juga terkenal akan banyaknya suku yang mendiami. Bahkan baju adat NTT wanita dapat dibedakan berdasarkan sukunya. Yuk simak seperti apa.

Baju Adat NTT untuk Kaum Wanita

berikut ini adalah pakaian adat NTT yang dibedakan menurut Sukunya :

Baju Adat Suku Manggarai

Baju Adat Suku Manggarai

Suku Manggarai merupakan kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Suku ini tersebar di tiga kabupaten di NTT, yaitu Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten Manggarai, dan Kabupaten Manggarai Barat. Pada akhir abad ke-20, terdapat sekitar 500.000 orang Manggarai yang tercatat.

Untuk saat ini, diperkirakan ada kurang lebih 1 juta populasi suku Manggarai yang mendiami pulau Flores. Kebanyakan adalah pemeluk Katolik Roma yang taat, hampir seluruh populasinya memeluk agama tersebut. Bahkan beberapa orang dari suku merupakan penyebar agama Katolik di Indonesia.

Pakaian adat yang digunakan oleh suku Manggarai disebut kain songke. Yaitu kain yang dijadikan sebagai pakaian adat wajib bagi para wanita di sana. Cara pemakaiannya mirip dengan pemakaian sarung. Namun dalam memakainya tentu tidak boleh sembarangan, sebab bagian tertentu harus menghadap ke depan.

Secara umum, baju adat NTT wanita yang disebut kain songke tersebut didominasi oleh warna hitam yang melambangkan kebesaran dan keagungan suku Manggarai. Akan tetapi setiap motifnya berbeda beda dengan makna yang juga tidak sama. Misalnya pada motif wela kaleng, bermakna ketergantungan manusia akan alam.

Baju Adat Suku Lio

Baju Adat Suku Lio

Suku Lio merupakan suku bangsa tertua dan terbesar di Flores, lebih tepatnya di Kabupaten Ende. Sampai saat ini masih ada banyak suku Lio dapat ditemukan di daerah tersebut. Bahkan mereka masih begitu sakral memegang teguh tradisi serta warisan budaya para leluhur. Seperti upacara adat Ka po’o yang masih sering dilakukan oleh suku tersebut.

Upacara Ka po’o biasanya dilakukan oleh mereka yang bermata pencaharian sebagai petani dan berladang. Yaitu ritual dalam tata berladang yang dilaksanakan setiap tahun dan diyakini mampu mendatangkan kesuburan, kelimpahan panen, dan rejeki dalam keluarga. Selain itu, pakaian adatnya juga sering pada berbagai upacara adat dan ritual.

Untuk para bangsawan biasanya menggunakan pakaian adat yang bernama ikat patola. Itu merupakan kain tenun khusus untuk kepala suku dan warga kerajaan. Motifnya beragam, ada yang motif dedaunan, motif manusia, sampai motif hewan. Motif tersebut ditenun dengan benang berwarna merah dengan dasaran gelap.

Umumnya ikat patola juga akan diberikan berbagai hiasan berupa kulit kerang atau manik manik pada bagian tepinya. Namun hiasan manik manik hanya diperuntukkan para wanita bangsawan. Selain sebagai baju adat NTT wanita, ikat patola cukup sakral lantaran dipakai sebagai penutup jenazah dari para bangsawan.

Baju Adat Suku Sumba

Baju Adat Suku Sumba

Suku Sumba adalah campuran antara ras Melanesia-Papua dengan ras Austronesia-Melayu. Di tengah tengah arus pengaruh asing yang masuk di kepulauan Nusa Tenggara Timur, suku ini cukup mampu mempertahankan kebudayaan aslinya. Terlihat bagaimana masyarakatnya masih percaya akan Marapu, yang disebut setengah leluhur dan setengah dewa.

Marapu menjadi falsafah dasar untuk mengungkapkan berbagai budaya Sumba, seperti rumah ibadat (umaratu), rumah adat, upacara adat, ragam hias ukuran, sampai pembuatan perangkat busana. Pakaian adat suku Sumba sendiri disebut dengan hinggi. Dimana hinggi ini terdiri dari dua lembar, yaitu hinggi kombu dan hinggi kawuru.

Baju adat NTT wanita menggunakan kain dengan jenis berbeda beda yang digunakan sampai setinggi dada, dengan bagian bahu yang ditutup dengan menggunakan taba huku berwarna senada dengan kain yang dipakai. Pada bagian kepala digunakan tiara berwarna polos yang diikatkan dan dilengkapi penggunaan hai kata atau tiduhai.

Baju Adat Suku Sabu

Baju Adat Suku Sabu

Suku Sabu dikenal pula sebagai suku Savu Sawu atau Hawu, merupakan suku yang mendiami pulau Sawu dan pulau Raijua di NTT. Menilik dari syair syair kuno suku Sabu, mereka berasal dari daerah bernama Hura. Yaitu daerah yang ada di negeri jauh di barat pulau Sabu.

Para pendatang tersebut kemudian mendiami pulau Raijua, di bawah pimpinan Kika Ga dan Hawu Ga. Keturunan keturunannya ini kemudian yang dikenal sebagai suku Sabu sekarang. Sama seperti suku lainnya di Nusa Tenggara Timur, suku Sabu pun memiliki pakaian adat tersendiri. Pakaian adat mereka dibedakan menjadi dua jenis, yaitu digunakan untuk pria dan untuk para wanita.

Baju adat NTT wanita suku Sambu jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan kaum laki laki. Dimana para wanita akan menggunakan kebaya dan kain tenun dengan dua bahan lilitan. Kain tenun yang dipakai merupakan kain berbentuk sarung dengan sebuah ikat pinggang yang dikenal dengan nama pending.

Itu dia beberapa pakaian adat NTT khusus untuk para wanita. Masing masing suku yang tersebar di Provinsi Nusa Tenggara Timur umumnya memang memiliki kebudayaan tersendiri. Sehingga baju adatnya pun berbeda antara satu sama lain. Selain itu, baju adat untuk wanita juga dibedakan kembali dari baju adat pria.

Postingan lainnya tentang Baju Adat :

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *