Mengeksplorasi Karakteristik Tari Perang NTT

Mengeksplorasi Karakteristik Tari Perang NTT yang Menjadi Kebudayaan Manggarai

Tari Caci atau tari perang NTT ini umumnya akan dibawakan oleh dua penari laki-laki. Keduannya akan menggunakan perisai sebagai pelindung dan juga cambuk. Keunikan dari tarian ini terletak pada kecerdasan para penarinya dalam membuat gerakan tarian yang terampil saat bermain dengan senjata. Tujuan dari tarian ini yaitu untuk menunjukkan kualitas kekuatan.

Mengenal Keunikan dari Tari Perang Khas Manggarai, NTT

1. Proses Pertunjukan

PERTUNJUKAN TARI

Tari Caci dibawakan oleh dua penari pria berusia 25 sampai 50 tahun ke atas. Tarian pembawa acara dibawakan oleh kelompok pembawa acara (ata one) dan juga kelompok yang berperan sebagai pendatang dari desa lain (ata pe’ang atau tamu pendatang). Tari Caci dibuka dengan tarian Danding atau Tandak Manggarai yang sangat menarik untuk disaksikan.

Penari caci menari dengan senjata yaitu cemeti yang berfungsi sebagai penyerang dan tameng untuk pertahanan. Sebelum bertanding, setiap penari akan melakukan beberapa gerakan untuk pemanasan otot dengan menggerakkan tubuh serta gerakan postural. Para penari tidak hanya menarik, tetapi juga menghilangkan cambuk lawannya dengan membaca dan menantang lawannya.

Setiap kelompok tarian ini terdiri dari delapan orang muda melawan lawan. Penari berbaris dan menari mengikuti irama lagu daerah yang dinyanyikan dengan lantang di atas ikat kepala atau ikat kepala dan daerah songket. Penyerang harus lincah dan lihai dalam mengayunkan cambuk ke tubuh lawan sementara lawan memblokir cambuk dengan perisai.

Setiap penari tari perang NTT ini berisiko mendapat luka yang melukai tubuh, tetapi tidak ada kebencian di antara para penari. Di sela-sela pertunjukan, para tetua adat baik pria maupun wanita akan ikut menari dan bernyanyi (mbata) dengan gembira sambil berjalan melingkar secara teratur. Pertunjukan yang satu ini sangat asik untuk disaksikan bersama

2. Aturan dalam Pertunjukan

Aturan dalam Pertunjukan

Tari Caci menerapkan aturan dimana pemain hanya diperbolehkan memukul bagian tertentu dari anggota tubuh lawan. Pemain Caci hanya bisa memukul tubuh lawan dari bagian pinggang hingga ke atas. Dan untuk bagian bawahnya kan ditandai dengan kain yang digantung atau digunakan sebagai tanda atau batas bagian tubuh yang tidak boleh dipukul.

Bagian tubuh yang bisa terkena yaitu diantaranya bagian dada, punggung, lengan termasuk mata yang menjadi sasaran cambuk dari lawan. Seorang pemain dinyatakan kalah ketika cambuk dengan kulit kerbau yang tipis berakhir mengenai mata. Tarian dalam bentuk permainan ini dilakukan secara sportif. Dua penari akan saling berganti peran dan satu penari hanya bisa memukul sekali.

Aturan menjadi lebih menarik saat orang banyak bernyanyi. Namun tarian ini bersifat sementara dan sekalipun ada yang terluka, tidak meninggalkan rasa dendam justru bahkan akan dapat meningkatkan persaudaraan, persatuan dan persahabatan. Cedera yang diderita merupakan simbol keberanian dan kejantanan dari laki laki yang ada di Manggarai.

Dalam tarian Caci atau tari perang NTT ini pemainnya tidak boleh bersaudara, sepupu dekat, keluarga tetangga (paang ngaung), penduduk desa, kenalan dekat dan (kae reba). Status peserta berasal dari fakta bahwa mereka dianggap kerabat atau anggota keluarga. Itulah mengapa tarian ini disebut sebagai pertunjukan persaudaraan yang memperkenalkan orang baru.

3. Memiliki Pola Lantai dalam Tarian

Memiliki Pola Lantai dalam Tarian

Pola lantai memiliki peranan yang  besar untuk memandu posisi penari dalam mementaskan tarian. Tarian Caci sebenarnya tidak memiliki pola lantai tertentu karena para penari bergerak ke arah yang berbeda untuk memukul cambuk lawan. Poin satu ini sesuai dengan tariannya yang tidak menceritakan secara khusus, tetapi merupakan perjuangan murni kaum muda.

Namun pola paling umum yang bisa ditemukan dari tarian ini yaitu gerakan vertikal dimana penari melangkah maju dan mundur saat menyerang atau menghindar. Pola vertikal secara filosofis menunjukkan hubungan antara manusia dengan penciptanya. Seseorang tunduk kepada Tuhan dengan memupuk hubungan yang baik di antara orang-orang sekitarnya.

4. Sebagai Bentuk Ritual Adat

Sebagai Bentuk Ritual Adat

Fungsi dari tarian yang satu ini yaitu berkaitan dengan kegiatan ritual yaitu simbol kekuatan komunikasi yang diandalkan oleh masyarakat Flores. Hal ini tercermin dari berbagai doa serta mantra yang dilantunkan serta sesajen yang harus disertakan dalam pelaksanaan acara Caci. Tujuannya adalah untuk menjaga keamanan pemain dan penonton selama pertunjukan.

Tari Caci atau tari perang NTT ini sering ditampilkan sebagai ungkapan rasa syukur saat musim panen yang sering disebut sebagai Hang Woj, ritual penyambutan tahun baru atau Penti dan upacara pembukaan lahan. Tari Caci sering ditampilkan atas permintaan tamu-tamu penting. Anda perlu menyaksikan keseruan dari pertunjukan unik NTT yang satu ini.

4 keunikan tersebut akan bisa terlihat dan tercermin dari setiap runtutan gerakan dan juga acara pertunjukan tarian perang. Anda bisa menemukan tradisi tarian yang satu ini saat berada di Manggarai. Tarian ini merupakan kebudayaan tradisional yang masih dilestarikan dan terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman tanpa menghilangkan ciri khasnya.

Postingan terkait:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *