Mengenal Sejarah dan Nilai Seni dari Ti'i Langga Sebagai Topi Khas NTT

Mengenal Sejarah dan Nilai Seni dari Ti’i Langga Sebagai Topi Khas NTT

Salah satu atribut terkenal yang masih digunakan oleh masyarakat sekitar yaitu Topi Khas NTT yang bernama Ti’i Langga. Topi ini umumnya digunakan dalam suatu perayaan atau peringatan upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Nusa tenggara Timur atau khususnya Rote. Yuk simak fakta menarik dibalik keindahan dari topi Ti’i Langga.

Fakta Menarik Seputar Topi Ti’i Langga

Fakta Menarik Seputar Topi Ti’i Langga

1. Latar Belakang Pembuatan

Topi khas dari NTT ini merupakan penutup kepala tradisional yang dibuat dengan menggunakan daun lontar. Topi ini lebih banyak digunakan oleh orang Rote. Setiap orang yang ada di Rote pastinya memiliki topi yang satu ini. Jika dilihat secara sekilas, bentuk dari topi khas Nusa tenggara Timur ini mirip dengan Topi Sombrero yang berasal dari Meksiko.

Jika diartikan secara etimologi, kata Ti’i Langga diambil dari bahasa Rote yang menggunakan dialek termanu. Arti dari kata tersebut adalah Topi yang kemudian istilah tersebut digunakan untuk mendefinisikan topi yang dianyam dengan menggunakan daun lontar atau Borasscus flabellifer. Jika dilihat dari cerita sejarahnya, istilah ini pertama kali disebutkan oleh seorang nelayan yang bernama Fifino Dulu.

Dalam sebuah ceritanya dinyatakan bahwa Fifino Dulu yang berasal dari timur pulau sedang melakukan perjalanan anjing bersama anaknya Tua Fifino di sekitaran Lua Ende do Fua Nafsu yang merupakan salah satu tempat di Nusak Lole. Selama kegiatan tersebut, ayah dan anak ini berhasil mendapatkan kura kura dan juga pari yang kemudian dibawa untuk pulang.

Dalam perjalanan menuju ke rumah, mereka beristirahat dibawah daun lontar agar terhindar dari panasnya matahari. Secara kebetulan, Fifino Dulu mengambil daun lontar tersebut dan memikirkan bahwa daun tersebut sangat sempurna untuk dijadikan sebagai pelindung kepala. Karena bentuknya yang kurang bagus, akhirnya Fifino Dulu mencoba memodifikasinya.

Setelah itu, Tua Fifino memberikan sirip pari dan cangkang kura kura yang didapatkan saat memancing untuk dijadikan sebagai hiasan. Permintaan Tua Fifino saat itu berbunyi ha’ituadoonfofelifiinleo kea tana ma so’do don leohailida yang jika diartikan menjadi ‘ambillah daun lontar dan anyam hingga menjadi seperti cangkang kura kura dan juga sirip pari.

Tidak perlu waktu lama akhirnya topi tersebut jadi dan kemudian mereka pulang dengan menggunakan topi tersebut diatas kepala. Dari cerita itulah kemudian muncul nama Ti’i Langga. Ti’i jika diartikan dalam bahasa Indonesia memiliki makna sebagai Pelindung kepala, sedangkan Langga artinya adalah kepala. Begitulah latar belakang penamaan topi khas NTT.

2. Fungsi Ti’i Langga

Pada umumnya, laki laki yang berasal dari Rote akan menggunakan topi ini sebagai aksesoris tradisional. Anda akan bisa menemukannya sebagai suatu pelengkap dalam baju adat khas Rote Nusa Tenggara Timur. Dalam beberapa acara khusus seperti membawakan tarian tradisional atau bahkan melayani acara upacara pernikahan, topi ini kana digunakan.

Selain penggunaan topi ti’i, kaum wanita juga menggunakan ti’i langga dalam ritual acara tertentu seperti pada tarian yang dibawakan secara berpasangan antara laki laki dan perempuan. Tidak hanya digunakan sebagai penutup kepala, topi khas satu ini juga memiliki fungsi lain dan hampir semua masyarakat pulau Rote menerapkan hal yang satu ini.

Salah satu fungsi lain penggunaan topi khas NTT ini yaitu digunakan untuk hiasan dinding di rumah. Penggunaan hiasan didinding dengan ropi li’i langga ini digunakan sebagai tanda berapa banyak anak perempuan yang sudah menikah didalamnya. Namun hal tersebut saat ini sudah tidak bisa dijadikan patokan karena hampir semua masyarakat menggunakan topi Ti’i Langga.

Makna Lekukan Pada Topi Ti’i Langga

Makna Lekukan Pada Topi Ti'i Langga

Ti’i langga memiliki falsafah hidup masyarakat Rote Ndao yang diekspresikan dalam setiap bagiannya. Keunikan Ti’i Langga adalah memiliki bubungan setinggi 40-60 cm. Jambulnya memiliki sembilan tingkat, masing-masing dengan dua lekukan. Setiap lambang memiliki 18 lekukan yang diartikan sebagai jumlah kerajaan yang ada di Pulau Rote Nusa Tenggara Timur.

Sebanyak 18 puncak dibagi dengan garis lurus yang memiliki makna keseimbangan. Tubuh Ti’i Langga memiliki garis-garis lurus untuk memperkuat surai, garis-garis diikat di belakang yang melambangkan kesetaraan. Di pinggir topi khas NTT ini, ujung daun tersusun rapi dan dihubungkan oleh tiga lingkaran. Ujung daun melambangkan pulau yang disatukan dengan pemerintahan yang kuat.

Kuatnya sistem pemerintahan ini ditunjukkan dengan adanya garis melingkar dua garis pada setiap lingkarannya. Kemampuan di sisi kiri Ti’i Langga adalah menyembunyikan barang-barang berharga. Ada juga bagian peta yang berfungsi sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang yang ditemui. Itulah nilai filosofi yang dimiliki oleh topi khas Nusa Tenggara Timur.

Postingan lain yang membahas khas NTT:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *